Jumat, 28 Desember 2012

Pacar Baru Atau Teman Lama?



Ketika seorang remaja dihadapkan pada dua hal yang ia rasa penting dalam hidupnya, apa yang akan mereka pilih pacar baru atau teman lama?
Sepertinya, mempunyai pacar di kalangan remaja menjadi persoalan yang sangat penting ketimbang urusan pendidikan yang seharusnya didahulukan. Terkadang, perintah orangtua pun cendrung diabaikan serta keberadaan seorang sahabatpun dapat tersingkirkan. Ya, ironis memang.
Seperti halnya dalam suatu kisah, ada dua orang sahabat mereka sangat dekat. Sebut saja namanya, Yuna dan Dafa. Seringkali keduanya saling bertukar pikiran, mengerjakan tugas bersama, bahkan curhat tentang urusan pribadi masing-masing dari mulai masalah keluarga, sekolah entah masih banyak lagi keduanya saling bertukar cerita. Hampir separuh harinya dihabiskan bersama. Lima tahun sudah keduanya saling mengenal sejak mereka duduk di bangku SMP hingga kini kembali dipertemukan di sekolah yang sama dibangku SMA. 
Seiring waktu berjalan, Dafa menyukai teman satu organisasinya di sekolah bernama Kia. Hingga tak lama kemudian bak gayung bersambut Dafa dan Kia memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Semenjak Dafa dan Kia pacaran, yang biasanya Dafa pergi dan pulang sekolah bersama Yuna, kini berganti dengan Kia. Ketika Yuna mengajak Dafa untuk sekedar mengerjakan tugas bersama pun Dafa seringkali menolak karena alasan akan pergi bersama Kia. Semuanya berubah seakan seperti kilat yang begitu cepat. Setiap kali bertemu pun Dafa terkesan dingin, acuh. Tidak ramah seperti Dafa yang bertahun-tahun lalu dikenalnya. Yuna merasa persahabatannya dengan Dafa seolah berjarak semenjak kehadiran Kia. Persahabatan yang sudah ia bangun bersama Dafa seakan pupus sudah hanya karena orang baru yang Dafa kenal.
Sebagai seorang sahabat, Yuna sering menyapa setiap kali ia berpapasan dengan Dafa dan Kia. Sehingga membuat Kia merasa cemburu dengan sikap Yuna. Lalu, Kia meminta Dafa untuk menjauhi Yuna. Bodohnya, Dafa menurut saja untuk menjauhi Yuna atas nama cinta apapun akan dilakukannya demi membuat pasangannya bahagia. 
Yuna merasa senang jika Dafa senang, namun yang ia sayangkan perubahan sikap Dafa yang begitu cepat. Lebih cepat ketimbang laju kendaraan yang saat itu sedang berlalu lalang di hadapannya. Yuna ingat betul, ketika ia dan Dafa masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Sambil menggenggam erat jemarinya, bersenda gurau di jalanan yang tampak lengang Dafa berkata kita itu sahabat, satu jiwa dalam dua raga. Rupanya itu dulu, sekarang tidak. Sekarang dan dulu itu sudah nampak berbeda.
Jika ada yang baru yang lama dilupakan. Seringkali kalimat itu diucapkan oleh banyak orang dalam berbagai persoalan. Pacar bisa menjadi mantan, tapi istilah mantan tidak pernah berlaku untuk seorang teman. Tak ada istilah mantan teman, apalagi mantan sahabat. Sekalipun tali persahabatan yang sudah terjalin cukup lama itupun terputus tanpa kita duga. Seperti apapun sikapnya terhadap kita, tak ada alasan bagi kita untuk membencinya, karena setidaknya kita pernah membingkai pelangi bersama.
Yang harus kita ingat sebagai pelajaran, pacar itu bukan Tuhan yang berhak mengatur hidup kita untuk mematuhi semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya. Cinta macam apa yang mengekang kebebasan? Apalagi kebebasan dalam memilih teman. Jika dihadapkan pada persoalan memilih pacar baru atau teman lama? Jawabannya tergantung pada bagaimana kita menyikapinya. 

Aini Nur Latifah, 26 November 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar