Selasa, 28 September 2010

aku tak tau...


Aku tak tau…

disaat kau ada
aku merasa ta’ membutuhkanmu
tapi disaat kau menghilang
kenapa aku merasa ingin mencarimu
disaat kau dekat
aku merasa ta’ ingin bersamamu
tapi disaat kau dengan yang lainnya
kenapa aku merasa sakit melihatnya
aku ta’ kuasa menafsirkan rasa jiwa
ketakutanku terlalu dalam untuk menetapkannya
tapi hati ingin slalu menemukanmu
memastikan tentang keadaanmu
rindupun menjadi duri di jiwa
membuat wajahku basah dengan air mata
hati gelisah dengan berbagai tanya
ingin kusampaikan namun bibir ta’ mampu untuk berkata
dengarkanlah bisik hatiku
rasakanlah dengan setulus jiwamu
bacalah setiap sorot mataku saat menatapmu
setiap tingkah laku ku saat bersamamu

Entah....


kala sepi menyayat hati
kelelahan jiwa menemani
tertatih-tatih langkahkan kaki
pijak jalan kehidupan penuh duri
raih mimpi tak bertepi
gapai cinta tak pernah bermakna
senandungkan kidung asmara
urai dalam bait-bait derita
debur ombak kehidupan
hantam karang keteguhan hati
mencoba tegarkan jiwa
dari cerita cinta penuh luka
ku akui begitu banyak cinta
yang datang dan pergi
tapi tak satupun cinta yang mampu
menyemaikan segala rasa dikalbu
yang telah gersang dan mengering
walau bibir selalu tersenyum
tapi hati menangis pilu
dihimpit dilema yang membelenggu
jangan cintai………
karena tak pantas untuk dicintai
jangan sayangi……..
karena tak pantas untuk disayayangi
jangan berharap……..
karena tak pantas untuk diharap
biarlah semua berjalan
mengikuti alur roda kehidupan
biarlah semua berlalu mengikuti
kehendak yang MAHA TAHU

Senin, 06 September 2010

TULISAN TERAKHIRKU UNTUKMU SANG PENYEMANGATKU

Tulisan terakhirku untukmu
Sang penyemangatku…….
Setiap kali menulis, setiap itu pula gresan pena ini terhalang oleh tangis dan setiap kali menitikkan air mata, setiap itu pula aku terluka.
Sepanjang saat aku mengenalmu, ku lihat dirimu adalah sosok yang cerdas, dewasa dan bijaksana. Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini. Sekalipun nantinya engkau akan remas kertas ini, lalu engkau robek-robek seperti sebelumnya kau telah remas hati ini dan telah kau robek-robek pula perasaannya.
Sang penyemangatku, satu tahun yang t’lah berlalu merupakan
tahun kbahagiaan bagiku. Aku begitu bahagia saat kau mengisi hari-hari sepiku. Harapan ku pada setiap harinya agar aku dapat berjumpa denganmu dan melihat senyumanmu. Kebahagiaan ku setiap saat adalah setipa kali aku galau kau selalu tenangkan hati ku. Lalu.. berlalulah waktu, dan selama itu pula aku mencoba setia dan tak berpaling darimu walau pada akhirnya kini kau t’lah meninggalkanku.
Kini… aku mencoba untuk mengikhlaskan kepergianmu dari sisiku dan bahagia melihat mu menemukan pengganti yang jauh lebih baik dariku. Walaupun tatkala itu, hatiku merasa teriris-iris dan air mata ku pun mengalir.entah apa rasanya hati ini ? bahagia t’lah bercampur dengan duka dan tangis t’lah bercampur dengan tawa.
Waktupun terus berlalu seakan-akan menyeretku dengan berat. Kiranya setelah pertemuan mu dengannya, aku tak lagi mengenal dirimu yang dulu
Senyummu yang selama ini menjadi pelipur lara dalam kesedihanku sekarang t’lah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh gelapnya malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu sekarang t’lah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening dengan dedaunan yang berguguran. Memang bahagiamu adalah bahagiaku tapi aku rasa tangisku bukan tangismu karena kini aku benar-benar tidak mengenalmu lagi dan secara perlahan kau meninggalkanku.
Detik demi deting ku hitung hanya untuk mendengar suaramu. Setiap kali ku terbangun dari tidurku, aku berharap ada telepon atau sms yang biasanya buatku tersenyum. Akan tetapi semua itu tidak ada dan penantianku sia-sia. Dan harapan ku hancur berkeping,Yang ada hanya keputusasaan. Dan yang tersisa hanya kesedihan dari semua keletihan yang aku rasakan. Kini.. aku hanya bisa menangisi diri dan takdir yang t’lahdi gariskan.
Sang penyemangatku… aku tidak meminta banyak darimu…aku hanya ingin kau kembali seperti kau yang pertama kali ku kenal dulu. Karena aku begitu merindukan sosokmu yang dulu..
Walupun kini kau t’lah berubah ada satu hal yang tak kan pernah sirna dari diriku yaitu rasa sayang ku padamu yang masih seperti dulu. Yang masih seperti lautan yang tak pernah kering dan masih seperti angin yang tak pernah berhenti. Dan jika kau tetap pada sikapmu biarkanlah peri kecilmu yang t’lah bersayap ini terbang mengepakkan sayapnya untuk menggapai mimipi-mimpi indahnya tanpa dihantui bayang-bayangmu

Ku tunggu balasan darimu……..

Dari :

sang pecinta mawar, peri kecilmu yang t’lah bersayap