Senin, 06 September 2010

TULISAN TERAKHIRKU UNTUKMU SANG PENYEMANGATKU

Tulisan terakhirku untukmu
Sang penyemangatku…….
Setiap kali menulis, setiap itu pula gresan pena ini terhalang oleh tangis dan setiap kali menitikkan air mata, setiap itu pula aku terluka.
Sepanjang saat aku mengenalmu, ku lihat dirimu adalah sosok yang cerdas, dewasa dan bijaksana. Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini. Sekalipun nantinya engkau akan remas kertas ini, lalu engkau robek-robek seperti sebelumnya kau telah remas hati ini dan telah kau robek-robek pula perasaannya.
Sang penyemangatku, satu tahun yang t’lah berlalu merupakan
tahun kbahagiaan bagiku. Aku begitu bahagia saat kau mengisi hari-hari sepiku. Harapan ku pada setiap harinya agar aku dapat berjumpa denganmu dan melihat senyumanmu. Kebahagiaan ku setiap saat adalah setipa kali aku galau kau selalu tenangkan hati ku. Lalu.. berlalulah waktu, dan selama itu pula aku mencoba setia dan tak berpaling darimu walau pada akhirnya kini kau t’lah meninggalkanku.
Kini… aku mencoba untuk mengikhlaskan kepergianmu dari sisiku dan bahagia melihat mu menemukan pengganti yang jauh lebih baik dariku. Walaupun tatkala itu, hatiku merasa teriris-iris dan air mata ku pun mengalir.entah apa rasanya hati ini ? bahagia t’lah bercampur dengan duka dan tangis t’lah bercampur dengan tawa.
Waktupun terus berlalu seakan-akan menyeretku dengan berat. Kiranya setelah pertemuan mu dengannya, aku tak lagi mengenal dirimu yang dulu
Senyummu yang selama ini menjadi pelipur lara dalam kesedihanku sekarang t’lah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh gelapnya malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu sekarang t’lah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening dengan dedaunan yang berguguran. Memang bahagiamu adalah bahagiaku tapi aku rasa tangisku bukan tangismu karena kini aku benar-benar tidak mengenalmu lagi dan secara perlahan kau meninggalkanku.
Detik demi deting ku hitung hanya untuk mendengar suaramu. Setiap kali ku terbangun dari tidurku, aku berharap ada telepon atau sms yang biasanya buatku tersenyum. Akan tetapi semua itu tidak ada dan penantianku sia-sia. Dan harapan ku hancur berkeping,Yang ada hanya keputusasaan. Dan yang tersisa hanya kesedihan dari semua keletihan yang aku rasakan. Kini.. aku hanya bisa menangisi diri dan takdir yang t’lahdi gariskan.
Sang penyemangatku… aku tidak meminta banyak darimu…aku hanya ingin kau kembali seperti kau yang pertama kali ku kenal dulu. Karena aku begitu merindukan sosokmu yang dulu..
Walupun kini kau t’lah berubah ada satu hal yang tak kan pernah sirna dari diriku yaitu rasa sayang ku padamu yang masih seperti dulu. Yang masih seperti lautan yang tak pernah kering dan masih seperti angin yang tak pernah berhenti. Dan jika kau tetap pada sikapmu biarkanlah peri kecilmu yang t’lah bersayap ini terbang mengepakkan sayapnya untuk menggapai mimipi-mimpi indahnya tanpa dihantui bayang-bayangmu

Ku tunggu balasan darimu……..

Dari :

sang pecinta mawar, peri kecilmu yang t’lah bersayap