Senin, 28 Januari 2013

Tren Memakai Jilbab


“Semakin ke sini tren pakai jilbab kok tambah aneh aja ya, Kak?” 
 tanya Aneu dengan raut wajah bingung.
“Maksudnya aneh gimana, sayang?” Hilda pun balik bertanya.
“Coba aja Kakak lihat, yang semula pake peniti di leher sekarang malah
 pada pake penitinya di kepala?”
“Hehe iya juga ya, Dek…” Hilda tertawa menanggapi celotehan adiknya
 yang masih duduk di bangku kelas 3 SD.
“Terus udah gitu pakenya berbelit-belit lagi, ditarik ke sana ditarik ke sini. 
 Aneu aja pusing ngeliatnya, Kak. Kakak kok pakai jilbabnya masih
 biasa aja enggak di apa-apain, kan biar gaul Kak?” tanyanya polos.
“Hmm Kakak suka yang sederhana aja Dek,
 tau enggak kesederhanaan itu indah loh.” Jawab Hilda sembari tersenyum.
“Maksudnya apa, Kak?”
“Allah itu memang menyukai keindahan, tapi Allah tidak menyukai 
sesuatu yang berlebihan. Lagi pula, Ibu kan selalu mengajarkan kita
 tentang kesederhanaan, bukan begitu? Hayo diingat-ingat lagi nasihat Ibu?”
 Hilda pun menasihati adik kecilnya. Aneu tersenyum malu.
“Ayo sana berangkat mengaji, tuh Pak Ustadnya sudah datang.
 Sini Kak Hilda pakaikan jilbabnya,” seru Hilda.

Setiap habis Ashar memang adalah waktunya Aneu mengaji di masjid.
Hilda pun hendak memakaikan jilbab berwarna biru muda, yang tak lain 
merupakan warna kesukaan Aneu.
“Eits sebentar dulu Kak, awas pakein penitinya di leher 
bukan di kepala. Nanti Kak Hilda lupa lagi. Hehe.”
“Kan kata kamu tadi biar gaul?” goda Hilda.
“Gaul sih gaul, tapi ribet Kak. Nanti kalo habis wudhu mau solat maghrib,
 Aneu ga bisa pakainya lagi gimana kak? Hehe.”
“Adik kakak yang satu ini memang pintar,” Hilda mencubit kedua pipi Aneu gemas.
Tak lama kemudian Aneu pun berangkat mengaji ke masjid dan
 terlihat tampak cantik dengan balutan jilbabnya yang kebesaran.

Kesimpulan : Jangan pernah takut dibilang ketinggalan zaman, 

selama kita merasa nyaman dengan apa yang kita kenakan,
karena jadi diri sendiri itu jauh lebih menyenangkan.

-Aini Nur Latifah-