Jumat, 03 Februari 2012

Gara-gara Poconggg juga pocong


Sepulang sekolah seperti biasa empat sekawan aku, Inez, Uzi, dan Agil mampir terlebih dahulu di saung Mang Ucup, menikmati semangkuk mie ayam bakso yang hemmmm lezatnya mengalahkan mie ayam baksonya cheff Farah Queen (Hahaha lebay ya kaya pernah nyobain aja?). Siang itu, awan mendung menghiasi langit Bogor. Desiran angin kencang pun menampar pipiku dengan lembut, langit sudah terlihat gelap sekali pertanda akan turun hujan.

“Heh para ladies, lama banget sih lo berdua makannya? Cepetan dong liat tuh udah gelap banget mau ujan?” Gerutu Uzi kesal .
“Apa perlu gue bantuin biar cepet abis?” ujar Agil menawarkan diri, alhasil kamus bahasa inggris setebal 200 halaman milik Inez pun mendarat sadis di pipinya, Plaaaaaaaaaaaaaaak !!
“Uhh maunya, kalo cewek ya gini makan juga harus anggun enggak seradak-seruduk kaya lo !”
“Gapapa, ditabok pake kamus tebel sama Inez sayang daripada gue di cium si Uzi,” Agil melirik sinis ke arah Uzi.
Aku dan Uzi hanya memandang tingkah konyol mereka sambil tertawa geli,
“Udah yuk ah..ayo Nez cepetan,”ajakku.

Kami berempat berjalan beriringan keluar dari saung Mang Ucup, angin begitu kencang hampir saja merobohkan tubuh kami, tiba-tiba sebuah kertas dari arah selatan plaaaaaak menutupi seluruh bagian wajah Agil.

“Eh, eh, eh..apaan nih, sialan? Asemmm!!!”
“Hahahaha..angin aja tau kalo muka lu tuh jelek Gil, makannya lebih bagus kalo ditutupin pake kertas,” ledek Uzi puas.
Kami melihatnya sambil tertawa terbahak-bahak. Kemudian Agil mengambil kertas tersebut lalu membacanya. Sebuah pamflet,”Pembukaan bioskop baru, edisi spesial tahun baru. GRATIS..tempat terbatas. Film poconggg juga pocong, waktu : midnigth”
“Sini coba gue liat pamfletnya?” Inez merebut kertas yang sedang dibaca Agil.
“Wah mantep nih. Ini kan film yang di adaptasi dari novel fenomenal sepanjang 2011, gretongan lagi. Ayo ah kawan kesempatan enggak datang dua kali?”
“Hah yakin lo pada mau datang? Gue enggak ikut ah mendingan gue taun baruan di rumah aja. Lagian tengah malam bo, entar kalo di jalan ketemu pocong yang benerannya gimana coba? Hihhh gue sih ogah” kataku sambil bergidik ngeri.
“Ah ayo lah Ai, plis ya, ya, ya? Kan kita berempat Agil sama Uzi juga ikut ko?”
“Tapi...”
“Tenang Aila sayang, Bang Agil akan selalu disampingmu kalo kamu ketakutan,” ujar Agil mengerlingkan mata sambil nyengir kuda.
“Tuh kan Ai, si Agil yang bakal jagain lu jadi enggak usah takut” Inez malah cekikikan.
“Oke deh,” aku pun hanya menganggukkan kepala seraya mengiyakan ajakan mereka, walaupun apa yang aku katakan tak sejalan dengan hati yang masih bimbang.

****

Malam pergantian tahun baru sangat meriah, karena hingar bingar suara tiupan terompet, suara petasan jeduarrrrrrrrr jeduarrrrrrrrr, kembang api yang berwarna-warni menghiasi langit malam ini.
Pada kemana tuh makhluk-makhluk jam segini kok belum pada datang? ketika aku melilahat arloji yang melingkar di lengan kiriku waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam. Aku memutuskan untuk duduk di teras rumah sambil menyeruput caffucino hangat.

Selang beberapa menit kemudian Agil datang dengan Vesva tuanya yang super berisik . di belakangnya diikuti Uzi membonceng Inez dengan motor kawasaki ninja hijaunya.
“Lo berdua pake minyak apaan sih ko bau menyan gini?” candaku pada dua makhluk aneh Uzi dan Agil.
“Yee sembarangan, parfum gue mahal tau, sengaja gue tadi waktu sore beli di LA” ujar Uzi sambil mengibas-ngibaskan kemeja bergaris hitamnya.
“Iya Lenteng Agung kan maksud lo?? Wuhahahaha” lagi-lagi Agil dan Uzi saling ledek-ledekan.
“Daripada lo pakenya minyak nyong-nyong?”
“Uda ah ribut mulu nih anak berdua, mana pamflet yang tadi siang? Gue liat alamatnya?” tukas Inez melerai candaan keduanya, Agil pun mengambil pamflet tersebut dari dalam tasnya
“Jln. Jendral sudirman. No 27 A,” dengan suara keras Uzi membacanya.
“Ahaa gue tau alamat ini, eh tapi tunggu dulu. Perasaan ini alamat rumah tua di pinggir jalan yang udah lama enggak berpenghuni deh?”
“Kan sekarang udah di bangun jadi bioskop yang baru kali?” seru Inez sedikit sewot.
“Eh iya ya?” ujar Uzi sambil garuk-garuk kepala.
“Si Uzi dodolnya emang susah banget disembuhinnya, hahaha” Celetuk Agil.
“Wuuuu enak aja, lo tuh yang pedenya berlebihan,” Uzi menjitak Uzi lumayan keras, sementara Agil mengaduh kesakitan. Aku dan Inez hanya menggeleng-ngelengkan kepala melihat tingkah konyol keduanya.

Kami berempat pun berangkat dari rumahku pukul setengah dua belas malam, aku di bonceng oleh Agil, sementara Innez di bonceng oleh Uzi.

***

Jalanan begitu sangat ramai, muda-mudi berpesta pora menyambut datangnya taun baru 2012, akan tetapi kenapa saat kami tiba di depan bioskop baru ini suasana tampak begitu sunyi, Tak terlihat satu orang manusiapun disana. Hanya ada beberapa motor yang terparkir rapih.

“Heh, lo yakin mau ngelanjutin ini? Ko gue merinding ya?” kataku sambil nengok kanan-kiri.
“Ah, cuma perasaan lo aja kali Ai, dasar ababil” ujar Agil menimpali.

Agil dan Uzi memarkirkan motornya, sementara aku dan Innez menunggu di depan pintu Bioskop. Hawa dingin malam menelusuk hingga ke tulang rusuk, aku bergumam dalam hati, mau nonton film horror kenapa suasananya jadi horror gini ya? Sepi...sunyi..ah mungkin para penontonnya sudah masuk studio lebih dulu jadi di luar terlihat sepi, hiburku dalam hati.

Uzi dan Inez, pergi ke tempat pembelian tiket. Terlihat dua wanita cantik, sedang berbincang. Uzi menyerahkan pamflet yang kami dapat siang tadi pada wanita berbaju kuning gading itu.
“Mba, apa pamflet ini bener ya mba? Kita mau nonton film poconggg juga pocong disini tertera gratis mba?”
“Oh ia betul..silakan mas, ini tiketnya. Masuk studio 1. Dari sini lurus terus, lewatin lobi terus belok kiri,”
“Makasih mba,” wanita cantik itu melempar senyum pada kami.

Kami berempat pun mengikuti jalan sesuai yang diarahkan wanita tadi. Tapi kok ini bioskop baru sepi banget ya?.Aura ketakutan pun mulai menjalari tubuhku. Di atas sebuah pintu tertera tulisan studio 1. Kami berempat memasuki ruangan tersebut. Mataku menyapu ke segala arah, ternyata semua kursi sudah terisi dan pemutaran perdana film poconggg juga pocong pun sudah dimulai.

“Eh nomor berapa kursinya, ko udah penuh banget ya?” tanya Uzi heran.
“Nomor F5,F6,F7,F8” jawabku sambil melihat nomor yang tertera pada tiket.
“Eh guys, udah penuh semua kursinya kayaknya kita harus balik nanya ke Mba yang tadi deh”
Kami menuruti saran Agil, sesampainya di tempat pembelian tiket...
“Ada yang bisa kami bantu mas?” tanya wanita cantik itu.
“Gini loh mba nomor kursi yang tertera pada tiket yang Mba kasih sudah terisi, semua kursi yang lain juga udah pada penuh, gimana dong?” dua wanita cantik si penjual tiket itu saling pandang, kebingungan.
“Kalian enggak lagi becanda kan? Yang pesen tiket midnight untuk studio 1 itu cuma kalian doang?”
“Te te te russs..yang tadi pada nonton si siapa dong?” tanyaku terbata-bata.
“Ha ha ha hantuuuuuuuuuuuuu...” Tebak Agil sekenanya, kemudian ia berlari sekencang-kencangnya diikuti oleh aku dan yang lainnya.

“Eh tunggu Gil lo mau kemana? Bukan kesitu jalannnya” teriak Uzi. Agil memutar badan berbalik arah. Ya Tuhan, kenapa disaat genting seperti ini pintu utama terasa jauh sekali. Kami berlari terengah-engah, sepertinya bioskop ini memang banyak hantunya. Aura angkernya pun sudah mulai terasa sejak di halaman parkir. Sungguh petualangan yang sangat menegangkan, dalam suasana mencekam kami berlarian ditengah gedung bioskop baru yang sunyi.
“Eh stop dulu dong gue pengen ke toilet,” Uzi menghentikan langkahnya seketika.
“Yah elah, tahan aja sih cuma bentaran doang? Tuh pintu utamanya” Agil menunjuk pintu utama.

Akhirnya sampai juga kami di luar gedung angker ini..
“Ih kalo tau bakal kayagini sih gue enggak bakalan mau datang ke bioskop berhantu ini, jangankan bayar dikasih gratis aja gue enggak mau ,” gerutu Inez sambil mengibaskan rambut panjangnya.
“Bukannya lo yang dari tadi siang ngotot pengen datang kesini? kata gue juga apa, dari awal juga gue udah ada firasat enggak enak?” ujarku menyalahkan Inez.
“Ko pada salah-salahan sih? Nih pegangin helm gue. Gue mau ngambil motor, kita jalan ke alun-alun aja?” Agil menyerahkan helm nya padaku.
“Sial, sial, sial gue tahun baruan di alun-alun kagak malah ketemu hantu,” ujar Agil kesal.
“Hahaha..konyol banget ya kejadian malam ini. Gara-gara si Inez nih ngebet banget nonton film poconggg juga pocong, untungnya kagak ada pocong benerannya ya..haha,” ujar Uzi sambil tertawa terpingkal.
“Husss..sembarangan lo kalo ngomong, ada beneran aja baru nyaho lo?” Agil membekap mulut Uzi.
Agil sibuk menggeserkan motor-motor lain untuk mengeluarkan motornya. Sementara Uzi sibuk menengok kanan kiri. Karena ia teringat ucapan Agil barusan tentang pocong.
Dari arah belakang,
“Zi, iketin tali pocong gue dong?”
“Ah, Gil becanda mulu lo, tali sepatu kali?...enggak lucu tau enggak?”
“Serius,” suara itu pun terasa lain bukan seperti suara Agil. Seperti suara om-om.

Tiba-tiba bulu kuduk Uzi terasa merinding, hawa dingin pun menjalari tubuhnya. Peluh dingin bercucuran. Dengan perasaan takut bercampur ingin tahu sambil komat-kamit ia memberanikan diri untuk menoleh ke belakang.
Oow ternyata yang ada di belakang Uzi itu memang pocong beneran, ia pun lari terbirit-birit sambil berteriak pocong.........pocong......pocong.........ke arahku dan yang lainnya.
“Su su sumpah, disana gue liat pocong beneran..ce ce cepet kita cabut dari sini?” ajak Uzi pada kami.
“Kata gue kan tadi apa? Jangan ngomong sembarangan, ketulah sendiri kan? Hahaha” Agil tampak puas sekali mentertawakan Uzi. Sementara aku dan Inez, antara takut dan ingin tertawa, jadi bingung mau gimana. Dari kejauhan di dekat mobil Toyota Alpharrd, Aku juga melihat pocoooooooooooong.

Seketika kami yang masih berada di halaman parkir bioskop pun langsung tancap gas. Cukup sekali dalam hidupku nonton film di bioskop tengah malam. Perasaanku campur aduk antara lucu, takut, kesal. Malam tahun baru yang seharusnya kuhabiskan dengan suka cita justru menjadi malam yang sangat menyeramkan sekaligus menegangkan dalam sepanjang sejarah hidupku. Petualangan konyol bareng Uzi, Inez, Agil enggak akan pernah terlupakan, tahun 2011 is the best deh, semoga taun depan aku masih bisa melewati malam pergantian tahun baru lagi sama tiga sahabatku ini dan pastinya, enggak di bioskop berhantu ini...hehe.