Senin, 30 April 2012

Penulis itu Pembelajar !


Apa yang menyebabkan seorang penulis bisa tetap eksis membagikan pengetahuannya melalui tulisan? Jawaban singkatnya: karena ia terus belajar! Dengan terus belajar, ia akan mendapatkan peningkatan pengetahuan secara berlanjut, dan hal ini menjadi modal utama untuk dibagikan kepada para pembaca.

Kita bisa bayangkan seperti apa jadinya jika seorang penulis bukanlah seorang yang suka belajar. Mampukah ia bertahan dalam dunia tulis-menulis dalam waktu yang relatif lama? Tentu sulit! Sebab, orang tidak bisa memberi kalau ia tak punya apa-apa untuk diberikan. Maka, ia harus memiliki sesuatu untuk dibagikan. Sesuatu itu mungkin berupa pengetahuan, informasi, atau lainnya. Oleh karena itu, kesediaan belajar adalah faktor utama untuk menjadi seorang penulis. Jika tidak, bagai sumur tanpa air, sang penulis akan mengalami kekeringan ide.

Untuk menjadi penulis-pembelajar, maka sejumlah langkah yang relevan dilakukan, yakni, pertama, selalu aktif menambah pengetahuan baru. Untuk hal ini, ia akan membaca berbagai sumber informasi dan pengetahuan, termasuk di dalamnya bergaul dengan banyak orang yang dapat dijadikannya ‘guru’. Baginya, masyarakat adalah ‘universitas kehidupan’, tempatnya meraup kebijaksanaan hidup, sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya.

Kedua, menulis dengan pendekatan baru. Dalam menulis, ia tak merasa harus menulis dengan pakem tertentu. Ia lebih suka menyusun tulisan yang variatif dan senang berpetualang dalam genre dan teknik penulisan. Sekali waktu ia mengarang puisi, sekali waktu ia mengarang cerpen, sekali waktu ia menulis artikel opini, dan sekali waktu ia mungkin menulis reportase. Wujud variasi lain, misalnya, ia menulis dengan cara yang khas. Dia menulis dengan nuansa argumentasi yang kuat, pilihan kata yang tepat dan bertenaga, ungkapan-ungkapannya acap bernada filosofis, menggugah, dan memberi insiprasi. Ciri khasnya tampak, tapi tidak pernah monoton.

Ketiga, senantiasa memperhatikan trend. Tema apa yang paling ngetop belakangan ini? Itulah pertanyaan utama yang dialamatkan kepada dirinya sendiri. Jika ia menulis, maka dia akan berangkat dari tema yang paling baru tersebut. Karenanya, ia sangat tertarik untuk senantiasa mengikuti perkembangan pemikiran dan pemberitaan yang terjadi. Pergerakan aktualitas suatu karya demikian cepatnya. Kini aktual, esok sudah tidak lagi, karena disalip oleh kemunculan tema baru. Baginya, penulis yang baik selalu berusaha menjaga aktualitas karyanya.

Keempat, rajin bergaul dengan para penulis untuk saling menyemangati. Ia membuat jaringan, wahana yang bagus baginya untuk saling berbagi informasi, pengalaman, dan motivasi dengan sesama penulis. Ia sering bergaul dengan orang-orang yang bisa menyemangati dan memberinya motivasi untuk melanjutkan karier penulisan. Untuk membangun semangat berkarya, sesekali ia tak lupa mengikuti seminar motivasi di samping menikmati buku-buku yang sejenis dengan itu. Tujuannya tiada lain agar ia selalu terdorong untuk bekerja dengan penuh gairah dan energi, sesuatu yang membukakan jalan untuk meraih sukses dan mampu bertahan dalam perjalanan panjang di dalam dunia penulisan.

Seorang penulis-pembelajar selalu ingat belajar dari berbagai sumber informasi dan kehidupan pada umumnya. Seorang penulis-pembelajar selalu rendah hati untuk belajar dari siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Seorang penulis-pembelajar senantiasa berada di dalam barisan orang-orang yang menempuh perjalanan panjang ilmu pengetahuan dan membagikan pengetahuannya demi kemajuan umat manusia. Seorang penulis-pembelajar adalah dia yang selalu memperbaharui diri.

*Kompasianer

06 Juli 2011



Hadirnya dirimu,
berikan suasana baru dalam cerita hidupku..
Saat ku melihat secarik gambar yang melukiskan indah wajahmu
Dan tertata rapih jauh di dalam alam khayal ku
Kau membuatku  terbayang akan hangatnya senyum manismu yang setiap saat hadir menemani langkahku,
yang slalu mengingatkan aku akan hadirnya dirimu saat kau ada disini bersamaku..

Andai kau tau rasa ini..
rasa yang selalu ingin melihat senyumanmu, tawa mu,dan sjuta canda khas dari dirimu yang tak akan pernah bisa pudar dari dalam benak ini..

Di kala kau bersedih,
Aku akan selalu menemanimu sampai kapan pun kau memerlukan bahuku untuk sandaranmu.
Saat kau tersenyum,
Aku pun akan selalu ikut larut tersenyum dalam bahagiamu
Sekalipun arti dari senyuman itu bukan untukku..
:')

Kuharap,
Janganlah kau terpaku dalam setiap kesedihan yang menerpa setiap jalanmu,
Karna aku akan menjadi lilin-lilin kecil yang akan selalu menyala dalam hatimu sampai ku menutup mata nanti..
Semua hal tentangmu,
Semua kenangan indah yang telah terukir indah bersamamu,
Semua keindahan yang tertuang dalam hatimu,
Tak kan pernah ku lupakan..
Karena kau adalah :

"Cerita Terindah Yang Pernah Tertulis Dalam Hatiku"


Ega

Kita



Walau sore ini mendung  menjadikan indahnya langit kita tanpa rona jingga, Namun senja tiada kan pernah ingkar akan janjinya
Senja akan tetap jejali elok  keanggunan warna dalam bayang kesempurnaan semesta raya...
Indah senja tiada kan memudar dari ingatan, di sepanjang liku-liku perjalanan yang telah kita lalui, berdua pada perputaran suatu masa...

Ketika Senja Kita Berkabut Duka


Rega Afrizal dan Aini Nur Latifah

Aksara dan coretan dalam bait-bait kata ini , Ku bingkiskan sebagai kenangan terakhir dariku untukmu…
Mungkin suatu masa nanti,
Senja tak dapat kulihat lagi melukis wajahmu dalam indahnya jingga di suatu soreku,
Mungkin pula tak pernah ku tahu kemana awan berarak membisu
Kala senjaku berkabut rindu,
Ketika jarum gerimis menghias ruang jemari waktu,
Menjemput malam menuju peraduan
Memeluk bayang dalam erat impian
Tak akan pernah aku lupa, kala erat jemari menemani resah rindu di hati kita
Di kala senda gurau menghiasi jalinan kisah yang terpaut mesra
Tentangku yang berjalan dalam kisah hidupmu
Tentangmu penoreh cerita terindah dalam hidupku…
Jika nanti kau merindukanku
Ingatlah aku dalam kenangan lalu
Karena mungkin saat itu aku telah jauh disana dan telah berlalu dalam kisah yang pernah kita ukir dulu
Ketahuilah, kau kan tetap menjadi sahabat terindah dalam hatiku,
Karena kau adalah mimpi yang selama ini menguatkanku,
Kau sahabat terindah yang takkan kubiarkan waktu menghapusmu
Jika esok aku telah tiada
Mungkin pula aku telah hilang di rimba asa
Atau mungkin senja menenggelamkan raut rupa
Ku harap kau tegar melangkah dalam setiap lembar kisah yang akan tercipta..
Untukmu sahabat terindahku,
Ingatlah..
Bahwa aku takkan pernah sedetikpun meninggalkanmu,
Sadarilah..
Hanya sebatas ragaku ini yang melambaikan salam perpisahan
Namun hati ini takkan pernah beranjak pergi dari sisimu
Persahabatan…
Kerinduan…
Kenangan…
Terukir indah dalam sebuah bingkai kehidupan..
Jika aku boleh meminta pada Tuhan,
Aku tak pernah ingin ada perpisahan…
Aku tak pernah ingin ada kehilangan…
Aku tak pernah ingin ada kematian…
Ketahuilah…Bukan karna aku ingin melepasmu,
Namun jemari takdir terlalu erat menahan khilaf jiwa yang tak pernah aku minta…

*) Dalam cerpen Cerita kita di bawah naungan langit senja part 2 :D

Bukan karena takut berpisah dengan dunia



Tatkala Amin bin Abdillah At-Tamimi, seorang tokoh tabi’in terkemuka sakit menjelang wafatnya, para sahabat beliau menjenguknya dan mereka mendapatkan beliau sedang menangis. Mereka bertanya, “Apa yang menyebabkan anda menangis, padahal anda memiliki banyak keutamaan ini dan itu?” Beliau menjawab,” Demi Allah aku menangis bukan karena ingin lama hidup di dunia atau takut menghadapi kematian, akan tetapi aku menangis karena jauhnya perjalanan dan alangkah sedikitnya bekal. Sungguh saya berada di antara tebing dan jurang. Bisa jadi ke surga bisa pula tergelincir ke neraka, saya tidak tahu dimana saya akan sampai…” Kemudian beliau mengehela nafas pelan sedang bibirnya basah dengan dzikrullah.
Begitulah karakter generasi terbaik, amalnya mencapai puncak, tapi rasa takutnya juga mencapai puncak. Beliau dikenal ahli ibadah, ahli ilmu dan sangat zuhud. Hingga Alqamah bin Martsad berkata, “Puncak orang yang zuhud ada delapan orang dan yang terdelapan adalah Amir bin Abdillah At-Tamimi.”
Lalu bagaimana dengan kita? Adakah kita merasa cukup dengan bekal yang telah kita siapkan untuk perjalanan yang maha panjang?