Mahasiswa,
mungkin semua orang tidak asing dengan istilah yang satu ini. Banyak
orang yang merasa bangga ketika menyandang status sebagai mahasiswa,
atau orang tua yang sangat menginginkan anaknya untuk melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi. Ya memang tidak bisa dipungkiri
mahasiswa dianggap sebagai kaum intelektual yang mengerti segala hal.
Dan terkesan diagungkan karena memiliki kata maha, yang berarti siswa
yang agung atau siswa yang hebat.
Fungsi dan Peranan Mahasiswa
Mahasiswa
mempunyai fungsi dan peranan penting dalam pembangunan bangsa. Dimana
mahasiswa mempunyai peranan sebagai agent of change, social control, dan
iron stock. Sebagai agent of change, mahasiswa berperan sebagai agen
perubahan. Yang diharapkan membawa perubahan bangsa ini kearah yang
lebih baik ke depannya. Tentu sebagai agent of change mahasiswa harus
mempunyai visi dan mindset yang jauh ke depan, memiliki cita-cita besar
dan rasa nasionalisme yang tinggi. Dan kita tidak bisa memungkiri fakta
sejarah tentang pergerakan yang telah dilakukan oleh mahasiswa, yang
telah menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban bangsa. Sedikit
contoh, ketika membuka buku-buku sejarah disana pasti tertulis tentang
awal-awal bangkitnya pergerakan bangsa. Beberapa pergerakan yang
dipelopori oleh mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di
Belanda, kemudian berlanjut dengan lahirnya sebuah organisasi kepemudaan
bernama Budi Utomo pada tahun 1908. Yang sampai saat ini diperingati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Lalu
siapa yang tidak mengenal sosok Soe Hok Gie, aktivis kampus yang
terkenal di tahun 60-an. Seorang pemuda keturunan yang berani mengkritik
pemerintahan Orde Lama lewat tulisan-tulisannya yang diterbitkan di
beberapa media cetak di Indonesia pada saat itu. Gie menganggap
pemerintahan Orde Lama sudah tidak sanggup lagi memegang tampuk
pemerintahan, dan arah politik Bung Karno sudah tidak pro rakyat. Gie
tidak takut meskipun harus berhadapan dengan orang nomor 1 di Indonesia
pada saat itu, kemudian menanggung resiko dikucilkan dari lingkungan
sekitarnya karena sikap Gie yang dianggap terlalu kritis dan
membahayakan. Padahal sebenarnya mereka mendukung langkah-langkah yang
dilakukan Gie, tetapi mereka tidak mempunyai cukup keberanian seperti
Soe Hok Gie. Namun Gie tetaplah Gie, dia tidak pernah mundur dengan
sikap kritisnya. Dan akhirnya usaha Gie dan mahasiswa Indonesia pada
saat itu berhasil, Orde Lama berhasil digulingkan pada tahun 1966. Bung
Karno turun dari kursi kepresidenan dan digantikan oleh Pak Harto.
Kemudian berlanjut pada tahun 1998, sebuah sejarah yang tidak akan
pernah dilupakan oleh bangsa Indonesia. Sebuah rezim yang telah
membelenggu Indonesia selama 32 tahun berhasil digulingkan. Mahasiswa di
seluruh Indonesia atas nama rakyat bersatu untuk menuntut sebuah
reformasi di Republik ini dan berhasil menggulingkan Pak Harto dari
kursinya.
Mungkin
itu hanyalah beberapa catatan sejarah yang telah ditorehkan mahasiswa
Indonesia pada masa itu. Masih banyak sejarah pergerakan yang telah
dilakukan oleh mahasiswa Indonesia yang menghiasi perjalanan bangsa
sampai saat ini. Mahasiswa adalah pelopor, penggerak, bahkan sebagai
pengambil keputusan.
Selanjutnya
peranan yang kedua sebagai social control, mahasiswa harus peka
terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak hanya lingkup kampus, tapi juga
lingkungan sekitar kampus. Dan harus kritis kepada isu-isu yang sedang
berkembang, baik isu nasional maupun isu daerah. Jangan
sampai mahasiswa tidak mengetahui isu-isu atau malah acuh tak acuh.
Kemudian mahasiswa harus selalu mengawal kebijakan yang akan dikeluarkan
oleh pemerintah, apakah kebijakan tersebut pro rakyat atau hanya
mementingkan sebuah golongan atau malah sebaliknya merugikan rakyat.
Disinilah sikap kritis mahasiswa dibutuhkan, untuk mengkaji lebih dalam
sebuah keputusan atau kebijakan dari pemerintah. Jangan sampai kebijakan
tersebut malah merugikan rakyat banyak. Ini adalah sebuah bentuk
kepedulian mahasiswa kepada bangsa dan negaranya. Dan juga termasuk
fungsi mahasiswa sebagai pengawal kebijakan dan pelaksana kebijakan.
Kemudian
sebagai iron stock atau stok yang melimpah. Maksud iron stock disini
mahasiswa diibaratkan sebagai cadangan logam atau aset yang suatu saat
nanti akan terpakai menggantikan pemimpin-pemimpin saat ini. Unggul atau
tidaknya suatu bangsa di masa depan tergantung dari pemuda-pemudanya
hari ini. Karena dengan SDM yang berkualitas sebuah negara akan maju dan
bisa mengembangkan potensi yang dimiliki oleh negaranya. Lalu sebuah
pertanyaan akan muncul, kenapa harus besi ?. Kenapa tidak emas atau
perak saja yang harganya lebih mahal ?, jadi namanya golden stock atau
silver stock. Jawabannya karena besi mudah berkarat, besi yang sudah tua
suatu saat akan berkarat dan akan digantikan oleh besi yang baru.
Itulah perumpamaan tentang pemimpin Indonesia, suatu saat seorang
pemimpin akan tua dan digantikan oleh mahasiswa atau pemuda yang ada
pada saat ini. Ada suatu pepatah mengatakan, “jika kalian ingin melihat Indonesia 10 atau 20 tahun yang akan dating, maka lihatlah pemudanya hari ini”. Maksudnya berkaca pada hari ini untuk melihat masa depan.
Realita Mahasiswa Saat Ini
Berbicara mengenai mahasiswa saat ini menurut pandangan banyak orang tidak lebih dari sekedar gengsi, atau istilah nya “gak kuliah, gak gaul”.
Memang tidak bisa dipungkiri, saat ini kuliah hanya untuk sekedar
gengsi tanpa memahami makna kuliah atau arti dari mahasiswa
sesungguhnya. Mahasiswa saat ini cenderung malas berpikir, lebih suka
hal-hal yang instan seperti mencontek dari pada berusaha untuk belajar.
Lebih suka hura-hura dan berperilaku hidup konsumtif, dan yang lebih
parah memakai narkoba dan memiliki pola hidup bebas. Banyak berita
kriminal yang tersangkanya adalah mahasiswa, dan beberapa kejahatan lain
yang dilakukan oleh mahasiswa. Memang ini adalah sebuah ironi dan
realita yang dihadapi oleh mahasiswa Indonesia saat ini.
Kemudian
mahasiswa saat ini lebih cenderung bersikap apatis, terkesan tidak mau
tahu atau yang lebih parahnya tidak ingin tahu. Kalau seandainya ditanya
tentang tri dharma perguruan tinggi mungkin tidak banyak yang
mengetahui apalagi memahami makna dari tri dharma perguruan tinggi.
Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat hanyalah sekedar
simbolisasi tanpa sebuah pengamalan. Atau hal yang paling umum saja,
siapa yang bisa menyebutkan visi dan misi kampusnya ?, Itu seharusnya
adalah hal yang paling umum kita ketahui. Kampus tempat sehari-hari kita
menuntut ilmu tapi visi dan misi dari kampus kita sendiri tidak tahu,
bagaimana bisa membangun Indonesia yang sarat permasalahan dan telah
menjadi sebuah bola salju yang besar tanpa memiliki rasa kepedulian
terutama kepedulian kepada lingkungan sekitar. Kebanyakan
mahasiswa saat ini tidak lebih dari siswa SMA tanpa baju seragam atau
lebih tepatnya siswa SMA kelas 4. Mungkin ini adalah sebuah hal lucu
atau istilah aneh, namun inilah kenyataannya. Mahasiswa adalah kaum
intelektual yang seharusnya memiliki kecerdasan berpikir juga lebih
dewasa dalam menyikapi sebuah masalah. Berpikir secara positif tapi
kritis. Namun kenyataannya malah sebaliknya, menyelesaikan masalah
dengan kekerasan dan emosi. Tidak jarang kita melihat tawuran antar
mahasiswa, aksi kekerasan yang melibatkan senior dan junior, bahkan
sampai merusak kampus.
Bisa dikatakan mahasiswa saat ini sedang dilanda krisis, kehilangan jati diri dan krisis kepedulian. Hanya
sedikit mahasiswa yang mau terjun langsung ke masyarakat, mahasiswa
hanya sibuk dengan dunia nya sendiri. Kaum individualis hanya fokus
untuk belajar, agar mendapatkan IPK 4,0 atau berpredikat cumlaude ketika
lulus nanti. Mereka menganggap berorganisasi dan bersosialisasi tidak
ada gunanya hanya membuang-buang waktu. Memang mereka profesional,
tujuan kuliah adalah untuk belajar dan menuntut ilmu. Tapi dengan
permasalahan yang sedang dihadapi di masyarakat, saat naif kalau mereka
masih saja mementingkan kepentingan pribadi dan mengabaikan penderitaan
yang dialami masyarakat diluar sana. Kemudian kaum hedonis, hanya
mementingkan hura-hura dan gaya hidup yang high class seakan dunia hanya
untuk hari ini. Seandainya uang yang didapat berasal dari penghasilan
sendiri tidak masalah bahkan bagus, walaupun masih kuliah sudah bisa
bekerja dan membiayai hidupnya sendiri tetapi tentunya harus dengan cara
yang halal. Akan tetapi kebanyakan mahasiswa saat ini masih mengemis
kepada orang tua, masih minta uang kepada orang tua. Apakah hal ini bisa
dijadikan kebanggaan, bisa beli ini beli itu tapi pakai uang bapaknya.
Padahal mahasiswa di didik untuk menjadi pribadi yang kontributif , dan
memiliki sikap yang produktif tidak lagi konsumtif. Dan ada juga
mahasiswa yang seakan tidak mementingkan kuliahnya, hanya sibuk
kumpul-kumpul dan melakukan hal yang kurang jelas dan tidak bermanfaat.
Waktunya hanya terbuang percuma dan lebih parah nya sampai banyak yang
Drop Out atau kena DO.
Lalu
organisasi-organisasi kampus saat ini tidak lagi menjadi episentrum
pergerakan mahasiswa, yang mewadahi dan mengayomi mahasiswa. Para
aktivis yang katanya para pejuang nasib mahasiswa dan nasib masyarakat
Indonesia hanya sibuk aksi sana-sini tanpa hasil dan tujuan yang jelas.
Tugas kuliah diabaikan dengan alasan sibuk rapat, sibuk konsolidasi atau
hal-hal yang lain. Padahal menjadi aktivis bukanlah kewajiban tetapi
sebuah pilihan. Ketika sudah berniat menjadi aktivis maka bersikaplah
professional. Bukankah mahasiswa yang hebat itu adalah orang yang hebat
dalam organisasi dan berprestasi di akademik. Kemudian aksi-aksi
mahasiswa saat ini kebanyakan hanya didasari ingin ikut-ikutan tanpa
pemahaman dan tujuan yang jelas. Dan terkesan setiap kali ada aksi turun
jalan maka akan berakhir rusuh. Nah, inilah yang seharusnya dipahami
oleh para aktivis kampus. Aksi bukan hanya turun ke jalan atau berdemo
di depan gedung pemerintahan. Melakukan kampanye cinta lingkungan dengan
melakukan penanaman pohon itu juga aksi, atau turun ke desa sekitar
lingkar kampus untuk melakukan kerja bakti dengan masyarakat yang ada
disana itu juga termasuk aksi. Yang seperti ini lebih bermanfaat dan
bersifat nyata, juga termasuk dalam tri dharma perguruan tinggi yaitu
pengabdian kepada masyarakat. Karena yang dibutuhkan saat ini adalah
karya nyata bukan hanya teori atau konseptual belaka.
Memang
aksi turun ke jalan juga dibutuhkan ketika pemerintah mengeluarkan
kebijakan yang tidak pro rakyat atau tidak sesuai dengan keadaan yang
ada, namun aksi turun ke jalan adalah pilihan yang terakhir. Ketika
langkah-langkah yang telah kita tempuh tidak berhasil. Langkah yang
pertama tentu kita harus melakukan kajian terhadap suatu kebijakan,
apakah ini bermanfaat atau tidak. Kalau bisa berdialog langsung dengan
pejabat pemerintahan kenapa tidak, anggota DPR, menteri atau presiden
sekalipun. Mahasiswa punya kekuatan untuk melakukan hal itu, selagi
jaket almamater masih melekat di badan kita harus mempunyai keberanian
untuk melakukannya. Kemudian langkah selanjutnya membuat kritikan
langsung di media-media cetak dan elektronik, agar setidaknya para
pejabat kita mendengarkan apa yang sesungguhnya diinginkan masyarakat.
Atau setidaknya membuka hati nurani dari pejabat-pejabat elit Republik
ini, memang rakyat banyak yang kecewa dengan janji-janji dan kinerja
dari pemerintah. Tetapi setidaknya pemimpin-pemimpin itu masih manusia,
setiap manusia pasti memiliki hati nurani. Tergantung nanti pintu
hatinya oleh Tuhan akan dibukakan atau tetap beku. Dan seandainya cara
ini tidak berhasil juga barulah langkah terakhir kita tempuh, melakukan
aksi turun ke jalan. “Katakan hitam adalah hitam, katakan putih adalah putih”.
Mahasiswa sebagai Pewaris Peradaban
Nah,
disini tentu kita telah melihat permasalahan yang sedang dihadapi
mahasiswa Indonesia saat ini. Mahasiswa kehilangan jati diri yang
sejatinya sebagai elemen perubah bangsa dan pewaris peradaban bangsa,
dan kurang memiliki kepedulian dan rasa keingintahuan yang kuat. Sejarah
masa lampau hanya tinggal untuk dijadikan kenangan, aksi nyata
mahasiswa yang telah menorehkan prestasi hebat di sejarah peradaban
bangsa malah dijadikan dongeng sebelum tidur. Bukankah Bung Karno pernah
berkata, “jangan sekali-sekali melupakan sejarah”.
Permasalahan
seperti ini harus segera diatasi sebelum menjadi budaya dalam diri
mahasiswa Indonesia. Mahasiswa Indonesia harus bangkit dari tidur
panjang yang melenakan, bergerak dan berkarya untuk sebuah perubahan.
Lupakan masa lalu yang kelam dan menatap masa depan yang cemerlang.
Kemudian pertanyaannya, apa yang harus dilakukan mahasiswa saat ini ?
Hal
yang harus dilakukan mahasiswa Indonesia saat ini adalah mulai berubah,
dan mulai berkarya secara nyata. Tidak perlu sesuatu yang besar, cukup
dengan hal yang kecil namun kontinyu. Kemudian mulai dari diri sendiri
dan mulai dari saat ini, selalu berpikir positif dan dewasa dalam
menyikapi sebuah masalah. Sesungguhnya hal-hal besar terlahir dari
sebuah hal yang kecil, belum terlambat untuk berubah. Mungkin saat ini
di dunia Internasional, Indonesia terkenal sebagai Negara yang paling
banyak korupsi, sistem hukum yang tidak adil dan terkesan berat sebelah,
pembajakan hak cipta atau lain sebagainya. Namum optimislah, 20 atau 30
tahun lagi mahasiswa saat inilah yang akan membawa perubahan untuk
Indonesia kearah yang lebih baik. Ketahanan pangan, peningkatan ekonomi,
kemajuan teknologi, dan hukum yang adil bukan hanya sebuah mimpi tapi
impian yang akan tercapai dengan tekad yang kuat.
Dari
sekian banyak permasalahan mengenai mahasiswa, Ibu Pertiwi janganlah
bergundah hati. Masih banyak mahasiswa Indonesia memiliki sikap-sikap
yang idealis dan bercita-cita bangsanya maju. Masih banyak yang seperti
Bung Hatta, Khoirul Saleh, dan Sutan Syahrir. Mahasiswa yang memiliki
mimpi dan cita-cita yang besar, ide-ide cemerlang untuk pengembangan
Indonesia yang gemilang.
Untukmu
mahasiswa Indonesia, berhentilah membanggakan kejayaan masa lalu karena
masa lalu hanya tinggal sebagai kenangan. Tapi berkaryalah untuk masa
depan yang cemerlang, karena sejarah peradaban bangsa ini berada di
tanganmu. Bermimpilah menjadi pembuat sebuah sejarah, bukan penikmat
masa lampau.
*)Oleh: Kak Givo Aulia
suatu analisa yang sangat keren,.
BalasHapuscukup membangkitkan emosional.
tapi tidak hanya itu yang jadi masalah, akar dari masalah juga mesti kita kupas, karena tidak semata-mata para mahasiswa berbuat demikian tanpa ada sebab.
sistem pendidikan apa yang sudah diterapkan di Indonesia sehingga melahirkan mahasiswa seperti itu?
sistem kepemerintahan seperti apa yang diterapkan di Indonesia sehingga mahasiswa berbuat seperti itu?
dan ideologi apa mendominasi pikiran mahasiswa?
lalu apa soslusi yang tepat untuk mengatasi itu semua?
semoga empat pertanyaan itu dapat memunculkan solusi atas masalah yang merealita.