Tatkala Amin bin
Abdillah At-Tamimi, seorang tokoh tabi’in terkemuka sakit menjelang
wafatnya, para sahabat beliau menjenguknya dan mereka mendapatkan beliau
sedang menangis. Mereka bertanya, “Apa yang menyebabkan anda menangis,
padahal anda memiliki banyak keutamaan ini dan itu?” Beliau menjawab,”
Demi Allah aku menangis bukan karena ingin lama hidup di dunia atau takut menghadapi kematian, akan tetapi aku menangis karena jauhnya perjalanan dan alangkah sedikitnya bekal.
Sungguh saya berada di antara tebing dan jurang. Bisa jadi ke surga
bisa pula tergelincir ke neraka, saya tidak tahu dimana saya akan
sampai…” Kemudian beliau mengehela nafas pelan sedang bibirnya basah
dengan dzikrullah.
Begitulah karakter
generasi terbaik, amalnya mencapai puncak, tapi rasa takutnya juga
mencapai puncak. Beliau dikenal ahli ibadah, ahli ilmu dan sangat zuhud.
Hingga Alqamah bin Martsad berkata, “Puncak orang yang zuhud ada
delapan orang dan yang terdelapan adalah Amir bin Abdillah At-Tamimi.”
Lalu bagaimana dengan kita? Adakah kita merasa cukup dengan bekal yang telah kita siapkan untuk perjalanan yang maha panjang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar