Saat
bulan ramadhan tiba, dari tahun ke tahunnya undangan buka puasa bersama
dari mulai teman SD, SMP, SMA, OSIS, Ekskul kabaret, silih berganti
berdatangan. Buka puasa bersama bukan sekedar makan-makan bersama, tapi
seringkali dijadikan ajang reunian untuk melepas
rindu karena bertahun-tahun tidak pernah bertemu. Beranda jejaring
sosial facebook pun dipenuhi dengan foto-foto acara buka bersama di
setiap harinya.
Jika
teman-teman yang lain merasa antusias dengan undangan-undangan buka
bersama tersebut, lain halnya dengan Runa, seorang siswi yang baru saja
duduk di bangku SMA. Ia selalu saja merasa kebingungan mencari alasan
untuk menolak ajakan teman-temannya. Bukan masalah tidak ingin ikut,
tapi ayah Runa tidak pernah mengizinkan Runa untuk bergabung bersama
teman-temannya yang lain. Mungkin, ayah Runa mempunyai alasan tersendiri
mengapa puteri bungsunya tidak diperkenankan untuk datang ke acara buka
bersama yang diadakan oleh teman-temannya.
Disaat hari kemenangan hanya tinggal 15 hari lagi…
“Ayah, Runa boleh ikut buka bersama sama temen-temen SMP ya, sekali… aja?” pinta Runa memohon.
“Dimana?”
“Di restoran lesehan saung sunda Yah, boleh ya buat yang pertama dan yang terakhir deh tahun ini?”
“Nanti
kamu shalat maghrib dimana? Shalat tarawih enggak? Tadarusan enggak?
Janji pulang jam berapa? Kalau bisa buka bersama keluarga kenapa harus
mendahulukan teman? Buka bersama bareng keluarga itu lebih nikmat,” ujar
ayah bijak.
“Ah Ayah ga asik, bilang aja enggak boleh” jawab Runa singkat.
“Kalau sama Allah sudah dikasih segudang kemudahan, pastaskah kita masih merasa terbelenggu?”
“Tapi Yah, kan cuma setahun sekali enggak setiap hari?”
“Kamu tahu, kenapa alasan ayah melarangmu?” Runa menggeleng cepat.
“Ayah
rasa, acara buka bersama yang akan kamu jalani lebih ke hura-hura
semata. Sementara jika kamu buka puasa bersama teman-temanmu, kemudian
duduk manis ketawa ketiwi di sebuah restoran apa mungkin kamu akan
memikirkan perasaan ibumu yang sudah bersusah payah memasakkan makanan
kesukaanmu kemudian begitu saja kamu tinggalkan? Memikirkan betapa
sulitnya ayah mencari uang untuk membeli beras dan lauk pauk untuk
berbuka? Apa kamu juga ingat saudara-saudaramu di luar sana yang hanya
berbuka dengan seteguk air putih? Mendingan uang buat buka bersamanya
disedekahkan, jadi pahala kebaikan kan?”. Dalam hati Runa bicara, “kalau dipikir-pikir iya juga sih.”
“Ketika
ayah hendak memasukkan motor ke dalam rumah, ayah melihat Tia teman
sekolahmu baru pulang dari acara buka bersama jam 10 malam. Memang tak
baik berprasangka buruk. Namun, apakah baik seorang gadis pulang malam
dengan di antar laki-laki yang bukan muhrimnya? Itulah yang ayah
takutkan, Runa itu masih dalam tanggung jawab Ayah. Ayah selalu berpikir
jauh, nanti kamu shalat maghrib dimana, meninggalkan shalat tarawih apa
tidak, pulang dengan siapa. Kamu kan tahu, ramadhan itu cuma ada
setahun sekali, umur kan enggak ada yang tahu. Siapa tahu tahun depan
kita enggak pernah ketemu ramadhan lagi. Coba kalau kamu ikut buka
bersama, ayah yakin kamu pulang di atas jam 7 malam. Pulangnya, masih
sempet tarawih? Enggak. Mau tadarusan? Capek, ngantuk, tidur. Berapa
pahala kebaikan yang kamu buang sia-sia?” Runa tampak sangat serius
mendengar penjelasan ayah.
“Kalau Runa enggak datang, nanti temen-temen marah Yah sama Runa?” Runa masih memaksa ayah mengizinkannya untuk tetap pergi.
“Lebih
memilih kasih sayang teman atau kasih sayang Tuhan? Lebih takut
kehilangan kasih sayang teman atau takut kehilangan kasih sayang Tuhan?
Terserah mau pilih yang mana silahkan.” Kali ini Runa diam seribu bahasa
tidak lagi protes dengan sikap ayahnya.
Tidak
lama kemudian adzan maghrib pun berkumandang, tiba saatnya sudah untuk
berbuka. Meski selama ini Runa menganggap ayahnya adalah sosok ayah yang
otoriter, tapi kini ia sadar bahwa larangan sang ayah terhadapnya tidak
lain adalah cara menunjukan kasih sayang dan bentuk tanggung jawab
seorang ayah terhadap puteri bungsunya. Dan yang paling penting buka
puasa bersama dimanapun dan dengan siapapun, tempat yang paling nyaman
itu di rumah sendiri bersama keluarga tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar