Minggu, 18 Oktober 2015

Surat Imajiner dari Kakek Jamil Azzaini


Suratku ini aku awali dengan kata kata,  "aku sangat merindukanmu,  mungkinkah rinduku berbalas?" Dulu kau sering mendatangiku dan menciumku.  Kini kau tempatkan aku ditempat yang nyaman,  namun itu menyiksaku karena kau jarang bercengkrama denganku.  Kau lebih sibuk berlama-lama dengan IPad dan BB-mu.

Ketahuilah,  saat kau bercengkrama denganku setiap hurufku memberi satu kebaikan dan memberikan 10 kali lipat pahala walau mungkin kau tak tahu maknanya.  Bahkan,  saat kau terbata-bata untuk berucap kau justru mendapat dua pahala.  Pahala membacaku dan pahala karena kau kesulitan mengucapkannya.

Siapa yang berpegang teguh kepadaku,  ia tak akan tersesat.  Tapi mengapa kau merasa tak bersalah saat tak menyapaku?  Kau malu bila belum membaca buku atau novel bestseller.  Tapi mengapa kau tidak malu sedikitpun saat belum selesai membacaku?  Aku ada bukan untuk kau simpan
di lemarimu tetapi seharusnya kau simpan di hatimu. Tapi bagaimana mungkin aku bersemayam dihatimu bila kau jarang membacaku.

Aku dipelajari bukan hanya ketika kau kecil tapi seharusnya setiap waktu. Mengapa?  Karena aku ini pedoman hidupmu. Aku bukanlah mainan yang kau baca saat kau kecil. Aku ada juga bukan sekedar menjadi mas kawin saat kau menikah bukan saja kau ingat hanya saat ada kematian di keluargamu.

Mengapa hidupmu kacau?  Mengapa kau sering jenuh?  Mengapa hidupmu sering gelisah?  Mengapa kau sering berani berbuat maksiat?  Mengapa kau banyak tak mengerti ketentuan Tuhanmu?  Itu karena kau jarang bercengkrama denganku.

Demikianlah suratku untukmu semoga kau mengerti keluhan dan deritaku.  Aku ingin kau manjakan seperti IPad dan BB-mu.

Yang rindu padamu,
Kitab sucimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar