Ketika seorang remaja dihadapkan pada dua hal yang ia rasa penting dalam hidupnya, apa yang akan mereka pilih pacar baru atau teman lama?
Sepertinya,
mempunyai pacar di kalangan remaja menjadi persoalan yang sangat
penting ketimbang urusan pendidikan yang seharusnya didahulukan. Terkadang, perintah orangtua pun cendrung diabaikan serta keberadaan seorang sahabatpun dapat tersingkirkan. Ya, ironis memang.
Seperti
halnya dalam suatu kisah, ada dua orang sahabat mereka sangat dekat.
Sebut saja namanya, Yuna dan Dafa. Seringkali keduanya saling bertukar
pikiran, mengerjakan tugas bersama, bahkan curhat tentang urusan pribadi
masing-masing dari mulai masalah keluarga, sekolah entah masih banyak
lagi keduanya saling bertukar cerita. Hampir separuh harinya dihabiskan
bersama. Lima tahun sudah keduanya saling mengenal sejak mereka duduk di
bangku SMP hingga kini kembali dipertemukan di sekolah yang sama
dibangku SMA.
Seiring
waktu berjalan, Dafa menyukai teman satu organisasinya di sekolah
bernama Kia. Hingga tak lama kemudian bak gayung bersambut Dafa dan Kia
memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Semenjak Dafa dan Kia
pacaran, yang biasanya Dafa pergi dan pulang sekolah bersama Yuna, kini
berganti dengan Kia. Ketika Yuna mengajak Dafa untuk sekedar mengerjakan
tugas bersama pun Dafa seringkali menolak karena alasan akan pergi
bersama Kia. Semuanya berubah seakan seperti kilat yang begitu cepat.
Setiap kali bertemu pun Dafa terkesan dingin, acuh. Tidak ramah seperti
Dafa yang bertahun-tahun lalu dikenalnya. Yuna merasa persahabatannya
dengan Dafa seolah berjarak semenjak kehadiran Kia. Persahabatan yang
sudah ia bangun bersama Dafa seakan pupus sudah hanya karena orang baru
yang Dafa kenal.
Sebagai
seorang sahabat, Yuna sering menyapa setiap kali ia berpapasan dengan
Dafa dan Kia. Sehingga membuat Kia merasa cemburu dengan sikap Yuna.
Lalu, Kia meminta Dafa untuk menjauhi Yuna. Bodohnya, Dafa menurut saja
untuk menjauhi Yuna atas nama cinta apapun akan dilakukannya demi
membuat pasangannya bahagia.
Yuna merasa senang jika Dafa senang, namun yang ia sayangkan perubahan sikap Dafa yang
begitu cepat. Lebih cepat ketimbang laju kendaraan yang saat itu sedang
berlalu lalang di hadapannya. Yuna ingat betul, ketika ia dan Dafa
masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Sambil menggenggam erat jemarinya,
bersenda gurau di jalanan yang tampak lengang Dafa berkata kita itu sahabat, satu jiwa dalam dua raga. Rupanya itu dulu, sekarang tidak. Sekarang dan dulu itu sudah nampak berbeda.
Jika
ada yang baru yang lama dilupakan. Seringkali kalimat itu diucapkan
oleh banyak orang dalam berbagai persoalan. Pacar bisa menjadi mantan,
tapi istilah mantan tidak pernah berlaku untuk seorang teman. Tak ada
istilah mantan teman, apalagi mantan sahabat. Sekalipun tali
persahabatan yang sudah terjalin cukup lama itupun terputus tanpa kita
duga. Seperti apapun sikapnya terhadap kita, tak ada alasan bagi kita
untuk membencinya, karena setidaknya kita pernah membingkai pelangi
bersama.
Yang
harus kita ingat sebagai pelajaran, pacar itu bukan Tuhan yang berhak
mengatur hidup kita untuk mematuhi semua perintahnya dan menjauhi semua
larangannya. Cinta macam apa yang mengekang kebebasan? Apalagi kebebasan
dalam memilih teman. Jika dihadapkan pada persoalan memilih pacar baru
atau teman lama? Jawabannya tergantung pada bagaimana kita menyikapinya.
Aini Nur Latifah, 26 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar