Terlahir
sebagai bungsu dari sembilan bersaudara membuat saya begitu merindukan
sosok adik. Ya, itulah yang saya rasakan, karena tidak selamanya jadi
anak bungsu itu menyenangkan. Hampir semua kakak saya sudah berkeluarga
sehingga membuat saya sering merasa
sepi karena hubungan antara kakak-beradik itu sedikit berjarak.
Terkadang saya juga butuh seseorang untuk berbagi baik dalam keadaan
suka maupun duka. Sehingga saya mengalihkan perhatian saya untuk
berselancar di dunia Maya.
Sejak
lulus dari SMA, hobi menulis yang bertahun-tahun tenggelam seakan
muncul kembali ke permukaan. Ternyata tanpa saya duga sebelumnya banyak
sekali event menulis yang diadakan melalui jejaring sosial facebook.
Tahun lalu, saya mengikuti lomba menulis cerpen dengan tema “Abg labil”.
Satu bulan kemudian, tiba saatnya pengumuman nominasi yang naskahnya
berhak untuk diterbitkan bersama 25 orang penulis lain. Saat itu, begitu
beruntungnya saya menjadi salah satu penulis yang naskahnya dapat
diterbitkan. Dari situlah saya mengenal sosok gadis berusia 16 tahun
bernama lengkap Putri Eka Pertiwi. Kebetulan Putee, begitulah sapaan
akrabnya juga menjadi salah satu penulis yang cerpennya lolos untuk
diterbitkan.
Entah kenapa, ketika admin membuatkan group di facebok
yang bertujuan agar para penulis dapat lebih mengenal satu sama lain
saya merasa klik dengan salah satu nama penulis. Ya, Putee. Sekalipun
kami tidak berteman namanya seringkali muncul di grup kepenulisan.
Hingga akhirnya kami seringkali saling menyapa satu sama lain.
Singkat
cerita, hubungan pertemanan kami menjadi semakin dekat. Putee sudah
saya anggap seperti adik kandung saya sendiri. Apa yang saya rasakan
ternyata bertolak belakang dengan apa yang Putee rasakan. Putee terlahir
sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Sehingga ia begitu merindukan
sosok kakak. Kami berdua sudah tak pernah lagi merasa sungkan untuk
menceritakan masalah apapun baik tentang hobi kami menulis, tentang
kesibukan masing-masing, bahkan hingga masalah yang sifatnya pribadi.
Bahkan kami pernah duet dalam satu cerpen yang kami beri judul “Abigel”.
Dari situlah kami mencoba untuk saling mengisi dan saling melengkapi,
saya meridukan sosok adik dan Putee merindukan sosok kakak. Lucunya,
putee tak pernah memanggil saya dengan sebutan kakak. Justru ia
memanggil saya dengan sebutan Bunda, ya Bun Aini.
Putee,
Bun Ai sayang banget deh sama Putee. Andai kita terlahir dari satu
rahim yang sama?hehe. Mungkin kita bisa saling curhat dulu setiap
sebelum tidur, belajar nulis bareng, jalan-jalan sore sambil sepedaan
bareng, makan bakso pedes bareng, jalan ke toko buku bareng, terlalu
banyak hal yang pengen Bun Ai lakuin bareng sama Putee :”)
Berawal dari menulis kita saling kenal. Terus terbitnya Buku Antologi Ababil yang jadi
buku antologi perdana kita. Tentang cerpen Abigel kita yang berakhir
mengharukan, tentang Bun Ai yang pengen punya adik dan Putee yang pengen
punya kakak, tentang curhatan galau kita, tentang panggilan kita yang
hampir sama peri kecil n’ si kecil, tentang putee yang suka banget sama
kucing dan Bun Ai yang justru takut banget sama kucing, tentang indahnya
semua perbedaan kita. Ah, andai tak ada dinding maya yang membatasi
ruang gerak kita. Tapi sekalipun berbatas dinding maya, kita masih bisa
bersua, kita masih bisa bertukar cerita dan bersilang doa. Semoga Tuhan
segera mempertemukan kita dalam rengkuh pelukan yang nyata. Selamat
ulang tahun adik kecilku, doa Bun Ai masih sama seperti tahun lalu,
mengharapkan pertemuan indah itu :”)
Jum’at, 16 November 2012
asyik ya punya teman satu misi,.
BalasHapusterus pererat jalinan persaudaraannya agar bersaf-saf membentuk barisan yang kokoh, seolah tak tergoyahkan. dari situ kekuatan islam akan tampak.
ia asyik bget alhamdulilah..amin amin..hhe
BalasHapus